-->

PRINSIP-PRINSIP UMUM MENGKLASIFIKASI DOKUMEN

advertise here
Oleh:Drs. Pawit M. Yusup, M.S. - banyak hal tentang klasifikasi termasuk contoh-contoh sistem klasifikasi yang ada dan yang patut diketengahkan. Namun ada satu topik yang tidak dibicarakan di sini yaitu contoh sistem klasifikasi persepuluhan dari Dewey, atau Dewey Decimal Classification, disingkat DDC. Meskipun klasifikasi ini sangat terkenal, namun sengaja tidak dibahas, dengan alasan hal ini sudah banyak yang membicarakannya. Dan pembaca pun tidak sulit untuk mendapatkan bahannya di lapangan. Sebagai gantinya, dan yang merupakan bagian terakhir dari tulisan ini, kami akan mengetengahkan masalah bagaimana menentukan pilihan yang tepat terhadap subjek-subjek suatu buku yang akan diklasifikasikan, tetapi sifatnya teoretis, dan bukan praktis.

Bahwa seorang pengklasifikasi harus menguji semua aspek yang ada jika akan mengklasifikasikan suatu dokumen atau buku. Jika buku yang akan diklasifikasikan itu merupakan karya sastra - apakah drama, fiksi, puisi, essay, atau jenis sastra lainnya, maka ia akan diklasifikasikan menurut rasionalitas pengarangnya. Jika buku itu subjeknya lebih penting daripada bentuk yang digunakan dalam tulisan, maka ia diklasifikasikan berdasarkan subjeknya.

Berikut ini akan diberikan beberapa petunjuk atau ajaran umum bagi seorang pengklasifikasi yang akan mengklasifikasikan buku atau dokumen lain:

Klasifikasikanlah buku atau dokumen lain mula-mula menurut subjeknya, kemudian bentuknya, kecuali pada kelas generalia dan sastra yang dianggap bentuknyalah yang paling penting. Ini berarti bahwa dalam beberapa hal, seorang pengklasifikasi harus menetapkan bidang studi suatu buku dengan menggunakan bagan klasifikasi. Tugas ini tidak mudah, terutama dalam kasus suatu buku tidak spesifik, tidak memuat topik-topik secara spesifik dan jelas. Untuk itu diperlukan membaca buku secara teknis, yaitu metode membaca cepat dengan tujuan menemukan subjek dari buku yang dibacanya tersebut secara cepat dan tepat. Pendekatan ini sangat membantu dalam menentukan suatu subjek, baik di dalam katalogisasi maupun apalagi klasifikasi.

Unsur-unsur yang digunakan dalam membaca secara teknis antara lain adalah: kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, atau bahkan indeks. Contoh: sejarah, matematik, subjeknya ditetapkan pada matematik, bukan pada sejarah. Begitu pula tentang alamnya dalam seni Italian, yaitu suatu studi tentang latar belakang landscape dari Giotto to Tintaretto, diklasifikasikan pada lukisan landscape, bukan pada sejarah seni Italia.

Sekalipun demikian, dalam beberapa kasus terdapat satu buku yang susah dipahami subjeknya, dan dalam hal seperti ini, pengklasifikasi harus menyandarkan diri pada penafsirannya. Apabila menghadapi situasi seperti ini, seorang pengklasifikasi bisa menggunakan "aturan" yang dijelaskan oleh Bliss dan dijelaskan lebih lanjut oleh Sayers sebagai berikut: sebuah buku membahas tentang Scotlandia tetapi bukan membahas masalah geografi maupun histori, akan tetapi terdiri atas bab-bab yang bersifat deskriptif dan naratif, yang dibumbui sastra dan pengamatan ilmiah, serta menggambarkan ciri-ciri kelembagaan dan nasional, juga berisi pertimbangan filsafat sosial pada bab terakhir, maka pertimbangan perklasifikasian benar-benar rumit dan kompleks, dan oleh karena itu putusannya tidak tentu maka dengan begitu terdapat alternatif lain yang cocok untuk dijadikan prinsip pengklasifikasian suatu buku.

Klasifikasikanlah suatu buku pada tempat yang sekiranya paling bermanfaat (bagi pengguna). Maksudnya adalah bahwa pengklasifikasi harus mempertimbangkan sifat koleksi dan kebutuhan pengguna. Bandingkan pula dengan klasifikasi yang umum dan yang merinci di bagian lalu. Prinsip kedua ini merupakan aturan dasar dalam klasifikasi: "karakteristik yang dipilih bagi klasifikasi harus essensil dalam kaitannya dengan tujuan klasifikasi". Sejumlah pertanyaan bisa dimunculkan dalam konteks ini. Contoh pertanyan yang dapat membantu pengklasifikasi dalam menetapkan putusannya adalah sebagai berikut: Bidang subjek apa yang dibahas dalam buku yang bersangkutan, dan bagiamana kaitannya dengan sifat koleksi? Dengan begitu, di dalam perpustakaan yang sangat khusus dengan para penggunanya yang profesional, prosedur pengklasifikasiannya tentu berbeda dengan diperpustakaan umum. Apa bentuk penyajian subjek, atau metode penyajiannya bagaimana? Contoh: sebagaian besar bibliografi tentang suatu subjek, akan diklasifikasikan pada subjek tersebut. Dengan begitu ia akan lebuh berguna bagi para pelanggan yang menginginkan judul pada subjek yang sudah tersedia di perpustakaan. Di samping itu ia juga sering digunakan karena diantaranya bermanfaat untuk membantu informasi tambahan pada sumber lain. Dan bibliografi memang dapat memberikan informasi seperti ini. Beberapa contoh sebagai berikut: Dengan menggunkan prinsip umum yang sama, buku dengan judul "Dictionary of music and musicians" yang terkenal itu, akan diklasifikasikan mula-mula pada subjeknya, musik, yaitu 780 dalam DDC, kemudian dengan bentuknya --03 untuk bentuk kamus pada subdivisi standard. Dengan begitu kelas untuk karya ini pada DDC adalah 780.3. Sebaliknya, karya sastra mula-mula akan diklasifikasikan mula-mula dengan bentuknya. Oleh karena itu di dalam DDC, nomer untuk Arthur's Miller Plays adalah 812 (8 untuk sastra; 1 untuk Amerika; dan 2 untuk drama).

Tempatkanlah suatu buku pada subjek yang paling spesifik, dan bukannya pada subjek yang lebih umum. Dalam hal ini sangat membantu mempelajari bagan klasifikasi, terutama agar dapat menjawab pertanyaan berikut: Apakah tajuk spesifiknya mencakup subjek? Bagaimana subjek tersebut dibagi-bagi di dalam bagan klasifikasi? Jelasnya jika sebuah perpustakaan menetapkan semua buku tentang sejarah Perancis pada sebuah nomor tunggal, dan ia gagal membagi-bagi dalam periodesasi sejarah dan tempat, hal ini agak mengganggu dan kurang menyenangkan, dan karenanya bermacam-macam jilid ditempatkan dalam satu nomor sehingga bisa mengganggu efektifitas koleksi perpustakaan. Contoh nomor yang menggunakan DDC: James Truslaw Adams' Provincial Society 1690-1763 diklasifikasikan pada 973.3 yaitu nomor untuk sejarah kolonial Amerika; dan bukan pada 973, yang berarti nomor umum untuk sejarah Amerika Serikat.

 Apabila sebuah buku membahas dua buah subjek atau tiga subjek (misalnya), maka tempatkanlah ia ke dalam subjek yang paling diutamakan, atau pada subjek yang dibahas lebih dahulu. Jika buku membahas lebih dari tiga subjek, maka tempatkanlah ia ke dalam kelas umum yang mencakup subjek-subjek tersebut. Prinsip ini perlu sedikit penjelasan. Biasanya ada subjek yang diutamakan dan ada pula subjek-subjek sekunder, atau yang kurang diutamakan. Tetapi apabila dua subjek bersifat kordinasi, seperti listrik dan magnet, misalnya, yang dibahas secara bersama pada sebuah buku, maka buku tersebut hendaknya ditempatkan pada kelas listrik. Ada juga beberapa penghalusan dalam prinsip umum ini. Contohnya dalah: Jika sebuah buku mencakup dua subjek, dua-duanya mewakili, dan kedua-duanya saling mempengaruhi satu sama lain, maka karya tersebut hendaknya diklasifikasikan pada subjek yang dipengaruhi atau diberi tindakan. Sebuah karya membahas masalah pengaruh Perancis terhadap kesusastraan Inggeris, maka akan diklasifikasikan pada kesusastraan Inggeris. Demikian pula karya tentang aspek agama pada filsafat (sebuah karya tentang filsafat agama) akan diklasifikasikan pada filsafat, bukan pada agama, sebab agama dalam hal ini hanya merupakan aspek saja terhadap subjek, dan filsafat itulah yang benar-benar merupakan bidang subjek dari buku yang bersangkutan.

Klasifikasikanlah suatu buku menurut tujuan atau maksud pengarangnya. Contoh: Buku Rudolf Eucken yang terkenal "Naturalism or Idealism" akan diklasifikasikan pada Idealism, yaitu sudut pandang yang dianjurkan oleh pengarang.

Kelima prinsip atau ajaran seperti tersebut di atas itu khususnya untuk diterapkan dalam sistem klasifikasi DDC, sebab pada sistem klasifikasi ini, pada umumnya jika ada sebuah buku membahas lebih dari satu subjek, salah satu subjek akan tersembunyi. Subjek yang ditonjolkanlah yang akan tampak dalam notasi bentukannya. Namun untuk beberapa sistem klasifikasi lain, khususnya seperti UDC, semua subjek, tidak perduli berapa jumlahnya pada suatu buku, akan bisa ditampilkan semuanya. Meskipun demikian, tetap subjek yang ditampilkan itu harus yang paling diutamakan dalam buku yang bersangkutan, sementara subjek-subjek sekundernya bisa di buatkan referensinya.
Terdapat beberapa kesempatan ketika diperlukan menyisipkan subjek-subjek baru di dalam bagan. Dan putusan-putusan tersebut hendaknya direkam ke adalam bagan klasifikasi resmi, termasuk tajuk-tajuk baru yang masuk dalam indeks maupun dalam susunan raknya. Jelasnya banyak prinsip umum yang lain yang bisa digunkan dalam pengklasifikasian suatu buku atau dokumen. Dan beberapa dari mereka secara spesifik berkaitan dengan bagan-bagan klasifikasi tertentu. Contohnya: DDC adakalanya menyediakan nomor-nomor alternatif dalam mengklasifikasikan suatu buku.
Memang banyak kritik dilontarkan kepada sistem-sistem klasifikasi yang ada sekarang. Hal ini memang menunjukkan adanya keterbatasan-keterbatasan yang dipunyai oleh masing-masing sistem tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tentang susunan yang logis pada berbagai sistem klasifikasi sudah berjalan lama. Meskipun tampaknya suatu bagan klasifikasi itu logis di dalam dirinya sendiri, namun masih banyak ketidakkonsistenannya. Misalnya, pada DDC antara bahasa dan kesusastraan diklasifikasikan terpisah, serta ilmu-ilmu sosial dari sejarah, yang juga dipisahkan kelasnya. Bahasa merupakan bidang yang dekat dengan sastra, namun ia juga digunakan dalam semua disiplin.
Logikanya DDC adalah termuatnya batasan-batasan ke dalam sepuluh kelas utama yang masing-masing kelas mempunyai ruang lingkupnya sendiri. Dengan menangani sistem klasifikasi yang "up to date", maka menyebabkan timbulnya reorganisasi dan relokasi (subjek-subjek ke dalam kelasnya). Dan karena klasifikasi diperlukan guna mencakupi subjek-subjek baru, serta membatasinya dengan nomor-nomor yang lebih spesifik, maka tentu akibatnya notasi cenderung menjadi lebih atau semakin kompleks.

Sebagai kesimpulan untuk hal ini, barangkali bisa dikatakan di sini, yaitu bahwa dua buah sistem klasifikasi yang besar dan terkenal, yaitu DDC dan LC (Library of Congress) itu merupakan klasifikasi yang linear, dan oleh karena itu bersifat unidimensional. Namun begitu, hubungan antara buku-buku itu bersifat multidimensional, dan tidak dapat dikatakan sebagai proyeksi sebuah garis lurus. dan karena klasifikasi bersifat linear, tentu satu nomor klasifikasi harus ditetapkan untuk sebuah buku, apakah buku ini bersubjek tunggal, ataupun banyak. Dengan alasan ini maka diperlukan adanya pendekatan subjek tambahan atau pelengkap guna mengklasifikasikan bahan-bahan dengan cara menggunakan tajuk-tajuk subjek dan referensi berkaitan (rujukan silang). 

Advertisement
BERIKAN KOMENTAR ()